PINTU JEBAAN SYIAH : CINTA RASUL

Ada beberapa cara yang lazim dipakai oleh orang orang Syiah dalam menyebarkan ajarannya. Misalkan lewat bujukan, godaan, tipuan, menyelenggarakan kajian kajian ’islam’, mendirikan organisasi atau sekolah sebagai kedok, hingga terang terangan memaksa lewat kekerasan dan kekejaman.
Cara cara itu pemilihannya akan tergantung pada jenis atau tipe suatu daerah/ negara dan bagaimana model atau tingkat keimanan rakyatnya.

Bagaiamana dengan kondisi di Indonesia sendiri ?
Cara seperti apa yang mereka pilih untuk menjebak umat Islam di Indonesia hingga mau mengikuti aliran sesat ini?
Indonesia adalah negara yang cukup ’unik’.  Meski pemeluknya sebagian besar adalah Islam. Tapi tidak semua memiliki tingkat pemahaman terhadap Islam secara benar dan tepat.
Sebagian besar bahkan hanya paham Islam secara garis besarnya saja, sebagian lagi memiliki pemahaman tentang Islam secara liberal bahkan ada yang sekuler. Boleh dibilang hanya sebagian kecil yang memahami Islam secara tepat dan benar sesuai dengan Al Quran dan Sunnah Nabi serta menjalankannya dengan baik.
Adalah fakta juga bahwa hanya sedikit dari umat Islam yang paham akan sejarah Rasulullah [ Shirah Nabi ] apalagi Shirah Sahabat atau bahkan Tarikh Khulafa.
Dua kondisi di atas membuat masyarakat kita akhirnya senang bersikap ghuluw dalam beragama. Dan akhirnya jatuh dalam perbuatan bid’ah.
Kondisi kondisi seperti itulah yang membuat Syiah sedikitnya mampu menarik minat dan menjerat sebagian masyarakat kita.
Meski merupakan negera muslim terbesar, tapi masyarakat kita bukan masyarakat dengan tingkat pemahaman agama yang tinggi. Tipe masyarakat kita adalah tipe ’akar rumput’. Di mana mereka menyatakan memeluk Islam, namun pengetahuan tentang syariat beragama yang benar masih jauh dari yang seharusnya.
Sehingga di awal, cara yang ditempuh Syiah untuk mengenalkan Syiah adalah dengan mengadakan kajian kajian ‘agama, membuat majlis taklim atau melenggarakan diskusi-diskusi.

Membuat kajian atau majlis taklim adalah cara yang paling efektif dan efisien. Karena lewat majlis taklim inilah mereka menghimpun umat, mengumpulkan masyarakat untuk kemudian dibina secara intens, digiring secara halus dan disajikan secara terus menerus informasi ajaran syiah. Sehingga setelah lewat sekian waktu, mereka yang hadir dalam kajian kajian tersebut diharapkan sudah tercuci otaknya dan kemudian menjadi penganut Syiah .
Kemudian mereka akan mendirikan organisasi, membuat sekolah, penerbitan buku, menulis buku-buku Syiah, dst.
Tapi ingat, di awal mereka tidak akan berterus terang kalau mereka adalah Syiah . Jika ditanya mereka akan menjawab bahwa mereka juga pengikut ahlu sunnah.  Sampai situasi dan kondisi memungkinkan, barulah mereka akan secara perlahan membuka kedok mereka.

ΩΩ

Dalam menyelenggarakan kajian kajian atau majlis taklim mereka memiliki tema-tema yang akan mereka sajikan satu demi satu.  Pemilihan, penyusunan dan penetapan tema-tema itu sudah melewati serangkaian pemikiran yang matang.  Jadi tentu tidak asal saja. Karena tema-tema itu lah nanti yang akan menggiring kesadaran umat secara perlahan lahan untuk kemudian akhirnya mengikuti ajaran Syiah secara sedikit demi sedikit.
Dan pintu masuk pertama yang mereka ciptakan adalah mengusung slogan Cinta Rasul.  [ bukan Cinta Ahlul Bait ] 
Slogan ini bersifat menyentuh, ringan dan universal. Karena pastilah seluruh umat Islam, baik yang intelek maupun yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah, baik si kaya maupun si kurang rizki, baik mereka yang gemar melakukan maksiat maupun yang istiqomah di jalan Allah, semuanya pasti menyatakan mencintai Rasulullah. Tidak ada yang tidak.

Meskipun reaksi tiap umat berbeda-beda dalam menyatakan cintanya, namun dalam dada mereka pasti tertanam setitik kecintaan terhadap Rasulullah.
Nah, pintu masuk Cinta Rasul. inilah yang dipakai oleh Syiah untuk menjerat umat.
Mereka akan mengajak umat untuk menghadiri kajian atau pengajian atau acara acara mereka dengan tema Cinta Rasul.
Mereka juga memakai jubah sebagai Pecinta Rasul. Alhasil, dengan cara seperti ini banyak umat yang tertarik lebih dari sekedar hadir. Tidak hanya mereka yang awam, bahkan kaum intelektual pun sering tertipu dengan pintu masuk ini.

Namun sayangnya kebanyakan tidak paham bagaimana cara mencintai yang sesuai dengan syariat. Ketidaktahuan itu juga ditunjang dengan tidak pahamnya umat soal bid’ah.
Jadi pintu pertama yakni Cinta Rasul ini disebabkan kuncinya, yakni pemahaman yang tepat akan shirah nabi, telah hilang.
Lepas dari persoalan shirah nabi, memang pintu ini amat lezat dan ampuh untuk membangkitkan rasa ’keimanan’ orang mukmin. Ketika disebut Rasulullah, biasanya kaum muslim lebih peka dan lebih membangkitkan rasa dibanding [ bahkan ] ketika disebut nama Allah SWT. Itulah sebabnya, pintu masuk yang paling mudah dan kebanyakan berhasil adalah lewat statement Cinta Rasul.

A. Kewajiban Mencintai Dan Mengagungkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Pertama kita akan diingatkan akan kewajiban dalam mencintai Rasulullah. Karena memang kenyataannya, seringkali umat hanya mengenal Muhammad sebatas Nabi yang namanya disebut setelah Allah, pada bacaan sholat. Tak lebih tak kurang.
Itulah sebabnya Syiah selalu memulai kajian cinta rasul ini dengan pokok bahasan : Kewajiban Mencintai Rasulullah.

Perhatikan baik-baik, pokok bahasan di awal ini amat penting dan fundamental sebelum Syiah melangkah kemana mana. Ibarat pondasi, bila mereka gagal meyakinkan umat di pokok bahasan ini maka untuk selanjutnya akan terasa berat menggiring opini umat. Dan jika pintu ini sudah terbuka, maka pintu-pintu selanjutnya akan lebih mudah dibuka.
Jadi meski kelihatannya sepele, justru pintu masuk pertama ini yang harus betul-betul kita kuasai. Ibarat pintu air, bila yang ini bocor, maka air akan meluber kemana mana.
Jadi Syiah tidak main main dalam menggarap tema ini. Diawal, mereka akan mengingatkan kita bahwa wajib hukumnya mencintai Rasulullah.
Dan semua hujjah atau nash yang berkaitan dengan itu akan dikeluarkan. Perhatikan, pada tema ini Syiah mengunakan masih menggunakan ayat-ayat dan hadis dari imam ahlul sunnah.
Sekarang kita lihat bagaimana SEHARUSNYA mencintai Rasulullah itu.
Wajib hukumnya mencintai dan mengagungkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam MELEBIHI kecintaan dan pengagungan terhadap seluruh makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hati-hati, di sini mulai dipasang jerat syiah. Karena benar adanya bahwa seorang muslim, mutlak dan tidak bisa ditawar tawar lagi mencintai Muhammad SAW, mematrinya dalam hati, mengingatnya dengan ingatan layaknya terhadap kekasih hati dst.
Namun penting untuk kita ketahui bahwa dalam mencintai dan mengagungkan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak boleh melebihi apa yang telah ditentukan syariat, karena bersikap ghuluw [ berlebih-lebihan ] dalam seluruh perkara agama akan menyebabkan kebinasaan.
INGAT, SYIAH AKAN MEMBANGKITKAN PERASAAN GHULUW SESEORANG DALAM SETIAP KAJIAN KAJIANNYA. 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 165 :

وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

Dan orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.

Allah juga berfirman dalam surah At Taubah ayat  24 :

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakanlah: ’Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya’. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.

Besarnya iman seseorang, sepatutnya diikuti dengan mencintai Allah. Karena iman tidak ada artinya bila tanpa diiringi cinta. Namun cinta kepada Allah selayaknya pula diiringi dengan cinta kepada Nabi Muhammad.
Mengapa?
Karena beliau adalah orang yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, yang menyampaikan syariatNya dan yang menjelaskan hukum-hukum-Nya. Karena itu, kebaikan yang diperoleh kaum mukminin, baik dunia maupun akhirat, adalah dari usaha Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Dan tidaklah seseorang masuk Surga, kecuali dengan menaati dan mengikuti Rasulullah. [ menjadikannya teladan ]

Allah dan Rasul menuntut cinta yang mendalam dan membekas, melebihi cinta kepada orangtua, anak dan seluruh manusia.
Dalam suatu hadits disebutkan,

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ؛ أَنْ يَكُوْنَ اللّ;هُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلّ;هِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِيْ الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللّ;هُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّار.ِ

“Ada tiga perkara yang jika seseorang memilikinya akan merasakan manisnya iman, yaitu bila Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selain keduanya, dan tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah serta benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan daripadanya, sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke neraka”.  [ Muttafaq ‘alaih* ].
  • Muttafaqun ‘alaih artinya hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari shahabat yang sama, dan kalau suatu hadits dikatakan muttafaqun ‘alaih maka semua ulama sepakat menerima hadits tersebut
Hadis di atas jelas menggambarkan dua hal pada kita,
1. Bahwa sesorang baru akan merasakan manisnya iman bila telah mencintai Allah dan RasulNya dibanding siapapun.
2. Bahwa mencintai Rasulullah berarti mencintai Allah ’Azza waJalla.

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ.

Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian sampai aku lebih ia cintai daripada anaknya, orang tuanya dan segenap manusia. [ Muttafaq ‘alaih ].

Hadis Al Bukhari, no. 6632 dari Sahabat ‘Abdullah bin Hisyam Radhiyallahu anhu, ia berkata:

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ آخِدٌ بِيَدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلاَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ. فَقَالَ لَهُ عَمَرُ: فَإِنَّهُ اْلآنَ، وَاللهِ، َلأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اْلآنَ يَا عُمَرُ.

“Kami mengiringi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau menggandeng tangan Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu. Kemudian Umar berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Wahai Rasulullah, sungguh engkau sangat aku cintai melebihi apa pun selain diriku’.
Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Tidak, demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga aku sangat engkau cintai melebihi dirimu’.
Lalu Umar berkata kepada beliau: ‘Sungguh sekaranglah saatnya, demi Allah , engkau sangat aku cintai melebihi diriku’.
Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sekarang [ engkau benar ], wahai Umar’.

Berdasarkan hadits di atas, maka mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wajib dan harus didahulukan dibanding selain kecintaan kepada Allah, sebab mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mengikuti sekaligus keharusan dalam mencintai Allah . Mencintai Rasulullah adalah cinta karena Allah.
Ia bertambah dengan bertambahnya kecintaan kepada Allah dalam hati seorang mukmin, dan berkurang dengan berkurangnya kecintaan kepada Allah.

Mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharuskan adanya penghormatan, ketundukan dan keteladanan kepada beliau serta mendahulukan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas segala ucapan makhluk, serta mengagungkan Sunnah sunnahnya.

Adalah Al Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah, beliau adalah ahli fiqih bermazhab Hambali yang lahir di Damaskus. Di samping itu juga seorang ahli Tafsir, ahli hadits, penghafal Al Quran, ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli ilmu kalam, sekaligus seorang mujtahid.

Beliau berkata:
“Setiap kecintaan dan pengagungan kepada manusia hanya dibolehkan dalam rangka mengikuti kecintaan dan pengagungan kepada Allah. Seperti mencintai dan mengagungkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya ia adalah penyempurna kecintaan dan pengagungan kepada Rabb yang mengutusnya. Ummatnya mencintai beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam karena Allah telah memuliakannya. Maka kecintaan ini adalah karena Allah sebagai konsekuensi dalam mencintai Allah.” [ * Jalaa’ul Afhaam fii Fadhlish Shalaati was Salaam ‘alaa Muhammad Khairil Anaam (hal. 297-298), tahqiq Syaikh Masyhur Hasan Salman. ]

Maksudnya, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala meletakkan kewibawaan dan kecintaan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena itu tidak ada seorang manusia pun yang lebih dicintai dan disegani dalam hati para Sahabat kecuali Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.[ * Aqiidatut Tauhiid (hal. 149), oleh Dr. Shalih al-Fauzan ]

Dari penjelasan di atas, jelas dan benar adanya bahwa seorang mukmin dituntut untuk mencintai Allah sekaligus juga RasulNya. Itu dulu yang harus kita pahami bersama.

Namun tetap harus diingat, bahwa bagaimana kita mencintai itu harus sesuai dengan syariat. Tidak boleh mengada ada, bahkan berlebih lebihan/ ghulluw. Karena itu adalah pintu kebinasaan. Sekali lagi, bahaya melakukan sesuatu yang di luar syariat adalah kebinasaan.

Sampai di sini, kajian Syiah masih sesuai dan tepat. Namun hati hati, target utama mereka dalam penyajian Cinta Rasul bukanlah mengingatkan umat akan kewajiban mencintai Rasulullah. Bukan pula membuka hati umat bahwa mencintai Allah adalah sama dengan mencintai Rasulullah.
Sama sekali bukan!
Target utama mereka adalah membangkitkan semangat atau ghirah yang meluap luap dalam hati umat dalam mencintai Rasulullah!
Syiah menginginkan agar kita bersikap ghulluw [ melampaui batas ] !
Perhatikan penggiringan tema selanjutnya, ini yang penting untuk kita waspadai. Karena di titik inilah Syiah akan menjebak kita agar bersikap ghulluw.

B. Mengagungkan Dan Memuliakan Nabi
Setelah kita menyatakan cinta, tentu ada tuntutan pembuktian dari apa yang kita ucapkan.
Ada konsekuensi yang harus kita penuhi sebagai bukti cinta. Lalu, apa konsekuensi dari mencintai Rasulullah?

  1. Mengharuskan adanya pengagungan, memuliakan, meneladani beliau dan mendahulukan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas segala ucapan makhluk serta mengagungkan Sunnah-sunnahnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Quran surah Al Hujuraat ayat 1 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

  1. Mentaati apa yang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan.
    Allah memerintahkan setiap Muslim dan Muslimah untuk taat kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena dengan taat kepada beliau menjadi sebab seseorang masuk Surga.
Allah Subhanahu wa Ta’al berfirman dalam surah Al Quran surat An Nisaa‘ ayat 13 :

تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

[ Hukum-hukum tersebut ] itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.

  1. Membenarkan apa yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan.
    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berkata menurut hawa nafsunya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Quran surat An Najm ayat  3-4 :

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰإِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ

Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan [ kepadanya ].

  1. Menahan diri dari apa yang dilarang dan dicegah oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
    Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al Quran surat Al Hasyr ayat 7 :

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“…Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.”

  1. Beribadah sesuai dengan apa yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam syari’atkan, atau dengan kata lain ittiba’ kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
    Agama Islam sudah sempurna, tidak boleh ditambah dan tidak boleh dikurangi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengajarkan ummat Islam tentang bagaimana cara yang benar dalam beribadah kepada Allah, dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan semuanya. Oleh karena itu, ummat Islam wajib ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mereka mendapatkan kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kejayaan dan dimasukkan ke dalam SurgaNya.
    Ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hukumnya adalah wajib, dan ittiba’ menunjukkan kecintaan seorang hamba kepada Allah Azza wa Jalla.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah Al Imran ayat 31 :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah: ‘Jika kamu [ benar benar ] mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kamu dan mengampuni dosa dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.

Jadi, jelas sudah bahwa memang sudah jadi kewajiban tiap muslim untuk mencintai Allah dan Rasulnya. Mentaati apa yang dilarang dan melaksanakan apa yang diperintahkan.
Namun penting untuk dipahami bahwa dalam mencintai dan membuktikan cinta tersebut, HARUSlah sesuai dengan tuntunan syariat. Tidak bisa tidak, itu syarat utama.

Mengapa? Karena jika tidak sesuai dengan tuntunan syariat, kita akan jatuh pada sikap GHULUW atau berlebih lebihan.
Lewat cinta rasul, Syiah berusaha membangkitkan semangat umat dalam mencintai Rasulullah. Syiah berusaha menumbuhkan ghirah yang meluap luap dalam mengingat Rasulullah. Dalam hal ini, mereka menggiring kita untuk bersikap ghuluw. Karena tanpa ghuluw, maka pintu masuk cinta rasul ini dipastikan akan gagal total.
Karena sesungguhnya ghuluw [ mampu ] melemahkan kewaspadaan, menumpulkan akal dan menjauhkan logika.
Tapi bila berhasil, pintu pintu lainnya akan terbuka dengan lebar.
Dan ghuluw menjadi pintu syiah berikutnya. Sekarang, mari kita lihat bagaimana ghuluw mampu mengajak kita sejengkal demi sejengkal masuk ke dalam lubang biawak.