TAQIYYAH ADALAH KEYAKINAN DASAR SYIAH

Orang orang Syiah sering disebut sebagai orang yang suka bertaqiyyah [ berbohong ].
• Apakah taqiyyah itu sendiri?
• Apa maksudnya dan apa tujuannya?
Taqiyyah yaitu kamu mengatakan atau melakukan [ sesuatu ], berlainan dengan apa yang kamu yakini. Untuk menolak bahaya dari dirimu atau hartamu atau untuk menjaga kehormatanmu. [ As Syi’ah fil Mizaan, oleh Muhammad Jawaad Mughniyah, hal : 48 ]

Atau
Menyembunyikan keimanan karena tidak mampu menampakkannya di tengah tengah orang kafir dalam rangka menjaga jiwa, kehormatan dan hartanya dari kejahatan mereka. ( Disarikan dari Atsarut Tasyayyu’ hal 33 – 34 )
Inilah  inti taqiyyah, yakni ketertutupan yang menjurus pada kepura puraan.
Menampakkan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang di batin, atau menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran.
Dengan kata lain, taqiyyah / nifak itu adalah lain di mulut lain di hati. Itulah akidah orang Syiah, maka hati-hatilah dari tipu muslihat mereka.

Hal ini  penting untuk kita ketahui bersama. Karena banyak dari kita yang tidak tahu soal taqiyyah ini. Kebanyakan dari kita menganggap penjelasan yang keluar dari mulut Syiah tentang ajaran Syiah, adalah penjelasan yang sebenarnya. Apapun yang dijelaskan oleh orang Syiah, kita mengaggapnya sebagai yang sebenarnya, tak ada kecurigaan bahwa dia berbohong.
Kita menerima begitu saja ucapan orang-orang Syiah itu. Sedikit yang tahu soal taqiyyah. Bahkan yang tidak tahu kemudian kita beritahu, pun belum tentu juga percaya.
**

Bagi orang Syiah, bedusta atau bertaqiyyah itu bukan masalah besar. Mereka malah dengan enterng mengatakan bahwa Nabipun bertaqiyyah. Sungguh fitnah yang amat keji!
Abdullah bin Ubai bin Salul kepala orang-orang munafik meninggal, kemudian beliau datang untuk menyolatkannya. [ cat : klik link kisah Abdullah bin Ubai untuk mendapatkan cerita yang sesungguhnya atau bukalah buku tentang Shirah Nabi ]
Umar berkata kepada Rasulullah : ’Tidakkah Allah telah melarangmu dari hal itu?’ -yakni berdiri di atas kuburan munafik ini-
Lalu Rasulullah menjawabnya : ’Celaka kamu, kamu tidak tahu apa yang sesungguhnya saya ucapkan. Sesungguhnya saya mengucapkan : ’Ya Allah isilah perutnya dengan api, dan penuhilah kuburannya dengan api dan selalulah api membakar dirinya’.[ Furuu’ul Kafii, kitab AL Janaaiz, hal : 188 ]
Padahal saat itu Rasulullah tidak dalam bahaya yang mampu mengancam jiwanya, Islam saat itu telah mencapai kemenangannya, jadi apa yang ditakutkan Rasulullah terhadap orang orang munafik itu?
Lihatlah ! Syiah menuduh Rasulullah telah bersikap munafik. Berpura pura.
Astagfirullah .. !!

Al Kulaini dalam buku Usuulul Kafi [ Usuulul Kafii, hal : 482-483 ] : Berkata Abu Abdillah: ’wahai Abu Umar sesungguhnya sembilan persepuluh (sembilan puluh persen) agama ini terletak pada (akidah) Taqiyyah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak melakukan Taqiyyah. Taqiyyah ada pada setiap sesuatu kecuali di nabidz [ kurma yang direndam dalam air untuk membuat arak ] dan pada menyapu khuuf [ kaus atau kulit ]’.
Dinukil juga dari Abi Abdillah ia berkata : ’Jagalah agama kalian dan tutuplah agama itu dengan Taqiyyah, karena tidak ada iman bagi orang yang tidak mempunyai Taqiyyah’.
Maka orang Rafidhah memandang Taqiyyah, itu adalah fardu [ wajib ]. Tidak akan berdiri agama ini kecuali dengan Taqiyyah, dan mereka menerima pokok-pokok agama secara sembunyi-sembunyi dan terang terangan.
Mereka bahkan melaksanakan Taqiyyah, itu terlebih lebih, dalam kondisi apapun. Terancam maupun tidak. Mereka terbiasa bertaqiyyah.
Itu juga sebabnya tidak semua orang-orang Syiah paham inti sari ajaran mereka. Karena para imam Syiah juga terbiasa bertaqiyyah terhadap umatnya sendiri bila dirasa orang itu belum yakin benar akan syiah [ ragu-ragu ].
Jadi jangan heran bila sebagian Syiah ’pemula’ akan mati matian menolak tuduhan orang Islam. Dan bahkan balik menuduh orang Islamlah yang telah memfitnah dan menzolimi mereka.
Pada tahun-tahun awal kajian Syiah, Jalaluddin Rakhmat sendiri tak pernah mau mengakui secara terang terangan kalau ia penganut Syiah. Dan meskipun belakangan ia mau berterus terang mengakui ke-syiah-nya, ia tetap berhati hati dan seringkali tidak mengakui apa-apa yang sesungguhnya telah ia ucapkan dalam kajian Syiah.

Al Khomeini di dalam Kasyful Asrar hal. 147 mendefinisikan makna taqiyyah lebih rinci lagi : “Seseorang yang mengucapkan atau mengamalkan sesuatu, berbeda dengan kenyataan (hatinya) yang membatalkan timbangan-timbangan syariat …”
Dari sini kita bisa melihat bahwa mereka seringkali tidak bisa membedakan apakah taqiyyah mereka amalkan itu dilakukan dihadapan kaum muslimin ataukah orang-orang kafir.  Menjadi pertanyaan bagi kita , apa sesungguhnya yang mereka sembunyikan ?  Apa yang mereka takutkan ?

Sungguh sebuah ajaran yang penuh tipu muslihat !